Rabu, 23 Maret 2016

Published 09.53.00 by with 0 comment

FIGUR AHOK, PELUANG EMAS PARTAI POLITIK PADA PEMILU 2019.

Karir Politik Basuki Tjahaja Purnama seperti anak tangga. 
Penulis : Guntenda Halilintar
foto : google
Dimata masyarakat DKI Jakarta, figur Ahok atau pemilik nama asli Basuki Tjahaja Purnama tidak asing lagi, muncuatnya ahok pada tingkat level nasional adalah sejak di pasangkan dengan mantan Wali kota Solo Jokowi Dodo pada saat bursa pencalonan gubernur DKI Jakarta Periode 2012-2017, yang didukung oleh dua partai besar yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA).
Ketika Gubernur DKI Jakarta Jokowi Dodo mengambil cuti panjang untuk menjadi calon presiden dalam Pemilihan Umum Presiden Indonesia pada tahun 2014, setelah terpilih pada pilpres 2014, tanggal 16 Oktober 2014 Jokowi Dodo resmi mengundurkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta, secara Ototmatis Basuki Jhahaja Purnama mengambil alih sebagai pelaksana Gubernur DKI Jakarta.
Pada tanggal 14 November 2014, Ahok diumumkan secara resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta sebagai pengganti Jokowi Dodo, setelah melalui rapat paripurna istimewa di Gedung DPRD DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau dengan sapaan akrabnya Ahok resmi dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta Oleh Presiden RI Jokowo Dodo pada 19 November 2014 di Istana Negara, setelah sebelumnya Ahok menjabat sebagai Pelaksana Tugas Gubernur sejak 16 Oktober hingga 19 November 2014.

Karir Politik
Basuki Tjahaja Purnama atau panggilan yang dikenal oleh Masyarakat DKI Jakarta adalah AHOK , menjabat Gubernur DKI Sejak sejak 19 November 2014, sempat menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi II periode 2009-2014 dari Partai Golkar, namun mengundurkan diri pada tahun 2012 setelah mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI Jakarta untuk pemilukada pada tahun 2012 yang dipasangkan dengan Ir. Jokowi Dodo. Sempat menjabat sebagai Bupati Belitung Timur Periode 2005-2010. Ahok memasuki dunia politik melalui Partai Perjuangan Indonesia Baru atau bisa disingkat Partai PIB. melalui Partai PIB itu ia menjasi anggota DPRD Belitung Timur, keberpihakannya kepada masyarakat selama jadi anggota DPRD, ia menggerakan masyarakat dan Partai-partai untuk mendorongnya jadi Bupati dan berhasil jadi Bupati dengan dengan perolehan suara signifikan mengungguli Lawan-lawannya.
Salah satu Partai Politik yang membesarkan namanya dalam perpolitikan pada level tingkat Nasional adalah Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA), ia maju sebagai Calon Wakil Gubernur yang diusung oleh Partai Gerindra, pada tanggal 10 September 2014, Ahok memutuskan keluar dari Partai Gerindra diakibatkan karena perbedaan pendapat pada Rancangan Undang-undang (RUU) Pilkada. Pada saat itu Partai Gerindra salah satu partai politik yang mendukung terhadap revisi Undang-undang Pilkada, sedangkan Ahok dan beberapa kepala daerah yang lainnya menolak terhadap RUU tersebut dengan alasan terkesan membunuh demokrasi di Indonesia.
Berhasil memenangkan pilkada  secara lansung di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mana mayoritas penduduk daerah yang baru dimekarkan ini 93% adalah Penduduk yang beragama Muslim. sementara Ahok sendiri putra keturunan Tiong Hoa yang beragama Kristen Protestan. Ketika menjabat sebagai Bupati Belitung Timur dibawa kepemimpinanya, berbagai gebarakan dan terobosan yang menyentuh dan dirasakan oleh masyarakat, teruma berkaitan dengan kebutuhan mendasar seperti Pendidikan dan Kesehatan, tidak hanya itu dia lakukan bahkan dibidang Birokrasi kepemerintahan daerah pun ikut dibenahi untuk menciptakan pola kerja aparatur yang profesional anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Tingkat Kepercayaan Publik (Warga DKI Jakarta)
Selama memimpin DKI Jakarta setelah dilantik oleh Presiden RI Ir. Jokowi Dodo pada tanggal 19 November 2014 di Istana Presiden, Warga DKI Jakarta menaruh harapan besar terhadapnya (Ahok) untuk membawa perubahan Daerah DKI Jakarta, dengan catatannya Gubernur baru membawa harapan baru untuk DKI Jakarta yang lebih maju.
Menurut data yang dikeluarkan oleh salah satu lembaga yang kredibel berkedudukan di Jakarta adalah Centre For Strategic and International Studies (CSIS) melihat warga DKI Jakarta lebih menyukai pribadi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Kesukaan kepribadian Ahok melebihi aspek lainya, seperti Prestasi, Kinerja, Kontribusi selama memimpin Ibu Kota, a. kepribadian personal, 42,50 % (persen) responden, b. Prestasi dan kinerja selama memerintah DKI Jakarta 29,25 %, c. Karakter kepemerintahan yang telah dibentuk sebesar 16,75 %, sisanya responden menjawab tidak tau sebesar 11,50 %, d. Berdasarkan tingkat kepuasan 67,00 %, e. 62,75 % responden mengaku ada perubahan melalui program Jakarta Baru yang yang diusung oleh Jokowi-Ahok saat pilkada DKI Jakarta tahun 2012 hingga saat ini. Kata peneliti CSIS Arya Fernandes, di Jakarta, Senin (25/1/2016

Warna baru dalam perpolitikan indonesia
keputusan Ahok untuk bertarung pada pilkada DKI Jakarta 2017 adalah sudah menjadi keputusan mutlak, nama-nama calon kandidat sudah mulai bermunculan untuk melawan sang Gubernur Petahana dari berbagai kalangan seperti Ahmad Dhani dari kalangan selebritis, Sandiaga Uno Politikus, Pengusaha, serta seorang pengecara hebat ditanah air Yusril Ihza Mahendra yang sudah siap untuk bertarung pada pilkada DKI Jakarta 2017 nanti.

Kali ini Ahok mewarnai proses Demokrasi Indonesia, dalam pertarungan pilkada 2017 Ahok memilih jalur Perseorangan/Independen untuk menuju DKI Jakarta 1, melalui wadah yang menamakan diri mereka sebagai Teman Ahok siap untuk membantu sang gubernur petahana untuk kembali memimpin DKI Jakarta selama 5 tahun kedepan lagi, sang gubernur pun sudah mengambil sikap untuk mendukung teman Ahok “sekarang saya putuskan untuk ikut Teman Ahok, saya tindak mau anak-anak muda ini kecewa”, kata Ahok dibalai kota, senin (7/3/2016). Untuk saat ini, Ahok menunggu Teman Ahok  dapat mengumpulkan persyaratan satu juta foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI Jakarta dan mencantumkan nama calon wakil gubernur.

Dukungan Partai Politik
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyebutkan, Basuki Tjahaja Purnama Alias Ahok telah menerima dukungan Partainya untuk maju kembali dalam Pilkda DKI Jakarta 2017, Surya memastikan , Nasdem hanya memberi dukungan tanpa syarat ke Ahok untuk maju kembali menjadi gubernur DKI Jakarta, bukan ke tokoh lainnya. Menurut Nasdem tidak ada tokoh alternatif yang mampu mengimbangi Ahok soal kinerja di Ibu Kota, DPP Nasdem, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (16/2/2016)
Sementara Partai-partai lain yang siap mendukung Ahok belum ada kepastian karena masih dalam tahap penjaringan calon kandidat, seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA), sementara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) belum meberikan respon terkait dukungannya untuk Ahok, Andreas Hugo Pareira menyatakan sampai saat ini PDI P masih dalam tahap penjaringan calon kandidat. Meskipun saat ini di DPRD DKI Jakarta PDI P memiliki 28 Kursi artinya jika PDI P menentukan calonnya untuk siap tarung pada pilkada 2017 tidak perlu dukungan dari partai lain atau berkoalisi dengan partai lain, sebab salah persyatan untuk mengajukan calon kandidat adalah harus memiliki 25 suara kursi di Parlemen, sementara PDI P melebihi jumlah dari yang ditentukan.
Hemat Penulis, Ahok mencatat sejarah sendiri dalam perpolitikan pada tingkat level nasional, fenomena ini sangat langkah jalur Independen atau perseorangan merupakan jalan lurus ahok untuk kembali memimpin DKI Jakarta, dukungan Masyarakat DKI pun kian bertambah banyak terbukti Teman Ahok berhasil mengumpulkan KTP dan mereka menargetkan satu juta KTP DKI Jakarta. ahok bagaikan pesona gadis cantik, sebagin besar partai politik ingin meminangnya, menjadikannya (Ahok) sebagai Ratu DKI Jakarta pada pilkada 2017, seharusnya partai politik mendukung jalan Ahok agar menjadi Magnet pada Pemilu 2019. Setidaknya partai-partai politik mendapat keuntungan penilaian dari masyarakat indonesia artinya momen ini menjadi momen yang tepat untuk dapat memperbaiki citra partai politik yang rentan rendah dimata masyarakat, setidaknya partai politik mendapatkan penilaian yang positif dan simpati dari pendukungan ahok di DKI Jakarta. sementara momen ini manfaat baik oleh Partai Nasdem yang sampai saat ini tetap memberikan dukungannya terhadap ahok yang katanya tanpa syarat, Nasdem bukan hanya mendukungan Ahok saja tapi dia (Nasdem) pun mendukungan Teman Ahok untuk mengumpulkan KTP. Tentu Nasdem pasti didasari kalkulasi politik serta pertimbangan politik untuk memberi dukungannya terhadap Ahok, nasdem juga pasti ingin dianggap sebagai partai yang mendukung yang memiliki integritas dan kapasitas serta mempunyai rekam jejak yang baik dan kebetulan juga Ahok memiliki rekam jejak yang baik, kemampuanya untuk memimpin sudah teruji, tentu dalam hal ini Nasdem pun mendukungnya sebagai partai yang memberikan dukungan pertama terhadap ahok, sebab pilkada DKI Jakarta merupakan Potret Mini Indonesia,  terget Nasdem sudah pas untuk perhitungan pemilu 2019.
Catan : sumber Kompas.com, Wikipedia





    email this       edit

0 Komentar:

Posting Komentar