Senin, 14 Maret 2016

Published 12.54.00 by with 0 comment

INDEPENDEN atau PARPOL "AHOK DI GOYANGKAN OLEH PARTAI POLITIK".

Penulis : Guntenda Halilintar
Analisis Politik Arah Jalan Ahok Pada Pilkada 2017.


foto : www.google.com
Jalan menuju DKI 1, Ahok masuk jalur perseorangan/independen, menentukan arah jalan politik yang panjang, untuk kembali memimpin DKI Jakarta selama 5 tahun kedepan.
Antara Jalur Independen atau masuk gerbong Parpol
Secara dukungan politik tentu tidak terlepas dari dukungan partai politik, terkait untuk menentukan kebijakan publik di Parlemen.
Selama memimpin 5 tahun kedepan, tentu Ahok perlu mempertimbangkan sisi dukungan partai politik, agar dalam menentukan kebijakan publik tidak seperti bola pimpong atau bola panas yang tak bisa menentukan sikap. Untuk saat ini bisa saja dalam pemilihan pada pilkada tahun 2017 nanti Ahok maju dari sisi independen atau perseorangan.

Melalui tim yang menamakan dirinya sebagai Teman Ahok, yang juga sebagai wadah dan didukung oleh masyarakat jakarta berkeinginan besar mengusung Ahok masuk dari jalur independen, tim ahok atau teman ahok sudah bekerja begitu keras untuk mengumpulkan KTP(kartu tanda penduduk) DKI, sampai saat ini mereka menargetkan untuk mengumpulkan 1. 000 juta KTP
Menurut penulis, terkait kepemimpinan ahok selama memimpin DKI sudah mendapat kepuasan dalam hal Pelayanan Publik, dalam hal ini terkait pelayanan pada setiap Birokrasi kepemerintahan. Kalaupun dilihat dari sisi bagaimana ahok cara memimpin DKI Jakarta dengan ala gaya KOBOI atau dengan sikap tempramental sejauh ini wajar-wajar saja, dan warga DKI harus di didik dengan cara seperti ini. Namun perlu diketahui oleh TIM AHOK bahwa perlu mendapatkan dukungan dari Partai Politik terkait untuk menentukan arah kebijakan dalam Parlemen (legislatif).
Sesuai topik yang diatas, sampai saat ini partai Politik yang sudah memberikan ruang dukungan untuk AHOK adalah Partai NASDEM, dalam Konferensi Persnya, melalui Bung Viktor Laiskodat menyampaikan bahwa Partai Nasdem akan mendukung AHOK dalam Pilkada 2017 nanti, entah masuk dari Jalur Independen maupun Jalur Partai Politik Nasdem tetap mendukung penuh.
Kemudian Partai PDI Perjuangan, melalui Bung Andreas Hugo Pareira, menyatakan sampai saat ini PDIP masih dalam tahap penjaringan calon kandidat pilkada 2017 nanti artinya PDIP belum menentukan sikap untuk mendukung ahok dalam pemilihan pada tahun 2017. Meskipun wakil ahok saat ini dari partai PDIP. Menurut Andreas, jika ahok masuk melalui partai politik dalam pertarungan kali ini, ahok harus mengikuti mekanisme permainan yang dimainkan oleh partai yang sudah ditentukan oleh partai pendukung tersebut. artinya ahok harus tunduk pada partai pendukungnya, partai yang memerintah ahok, bukan ahok yang memerintah partai.
Dua hal yang menggoyangkan arah sikap politik ahok, antara independen dan Parpol. Dalam pertarungan pilkada 2017, kali ini banyak nama yang bermunculan baik dari kalangan Artis atau Publik Figur, Advokat dan dari kalangan politikus, untuk melawan Gubernur Petahana DKI Jakarta

GADIS CANTIK MEGAPOLITAN dan Bagaimana Nasip TEMAN AHOK yang juga sebagai wadah untuk mengusung Ahok masuk jalur Independen...?
Isu seksi megapolitan adalah arah kiblat sang gubernur petahana DKI, jakarta antara jalur Independen dan Partai Politik.
AHOK. ya, itu sapaan akrabnya oleh warga DKI Jakarta, kini nama itu bagaikan seorang gadis cantik dan seksi di ibu kota jakarta. Banyak Partai-partai politik yang ingin meminangnya guna untuk kembali memipin DKI Jakarta selama 5 tahun kedepan. Saat ini partai yang sudah memberikan sinyal adalah Partai Nasional Demokrat (NASDEM) dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang sudah siap mendukung penuh si nama yang bagaikan gadis cantik itu. Meskipun saat ini Partai PAN masih dalam tahap pejaringan namun sinyal yang kuat mengarah ke AHOK.
Sementara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) belum memberikan sinyal kuat atas dukungannya terhadap si nama bagaikan gadis cantik itu.

Menurut Bang Sebastian Salang ( Kordinator Senior FORMAPI ) dalam diskusi yang diselenggarakan oleh PMKRI Cab. Jakarta Pusat “ Sanctus Robertus Bellarminus “ dengan Tema : Pilkada “ Kepemimpinan DKI Jakarta 2017 “
Kelompok-kelompok yang tergolong dalam 3 jenis kepemimpinan
1. Kelompok yang mendapat dukungan dari masyarakat yang berpotensi korupsi dan sebagainya. 
2. Kelompok orang baik, kelompok yang tidak punya program jangka panjang, dan daerah tidak berkembang namun masa kepemimpinanya bersih.
3. Kelmpok daerah yang proaktif dan ingin merubah daerah yang dipimpinnya, dan jumlahnya sedikit.
Misalnya seperti Ahok, kamil dan Risma, efek kepemimpinan seperti ini bisa jadi inspirasi untuk daerah lain.

Harapan kita, pemilihan secara lansung ini tetap dipertahankan, pilkada jakarta sangat menarik perhatian dan pilkada jakarta ini merupakan potret mini indonesia,
Independen dan partai politik hanyalah sebuah sarana atau kendaraan politik untuk menjadi DKI 1. Situasi yg memanas dipolitik DKI ini diakibatkan oleh adanya rencana ahok untuk maju dari perorangan atu dikatakan independen.

Bang ANSI LEMA, pengamat politik
Suatu daerah bisa maju dan berkembang itu dipengaruhi oleh satu orang yang berkarakter dan kemampuannya untuk memimpin, itu tergantung dari pemimpinnya, contoh DKI jakarta, beberapa pemimpin berbeda cara memimpin dan dengan masanya, Ahok, fauji bowo, dan sutiyoso.
Pilkada : Harus membuka ruang partsiipasi publik yang luas. 3 aktor pilkada.
1. Penyelenggara pemilu, KPUD dan BAWASLU yang 
Punya integritas, kapasitas dan netralitasnya. Penyelengaara pemilu adalah wasit yang posisinya ditengah-tengah.
2. Pasangan calon 
Setiap pasangan calon yang lahir itu harus bisa melihat rekam jejaknya, bukan rekam jejak yang dipoles oleh partai politik
3. Pemilih dalam artian ini bukan pemilih yang transaksional ada fulus kami pilih tak ada fulus kami tak pilih.

Bicara DKI Jakarta, Ahok ini fenomenal, tidak ada politisi yang seperti ahok, Ahok mau menunjukan ke indonesia dari sabang sampai marauke, bahwa beginilah caranya untuk memimpin, jika ahok ditolak oleh jakarta, orang kalimantan meminta ahok untuk memimpin mereka, begitupun sumatra, bahkan NTT jika DKI jakarta menolak ahok, kami siap menerima ahok untuk memimpin NTT untuk membawa NTT pada tingkat level nasional, bahwa mereka lupa Ahok cuma ada satu-satunya di Indonesia ini.
Deparpolisasi itu terjadi bukan karena adanya calon independen, deparpolisasi itu sudah ada sejak tahun lalu. Deparpolisasi itu ada karena rekam jejak kader yang berkorup dan rekam jejak yang berpolis, jadi kalo mau melawan deparpolisasi itu harus membenahi partai politik dulu, karena akarnya ada pada partai politik.
Ujungnya, apakah ada pemilih yang mampu memilih, jadi partai politik jangan terlalu pede, kalo jatuh sakitnya sudah ketahuan, ahok sudah benar-benar siap, bagi ahok, dia tidak takut kehilangan jabatan, hartanya hilang, dan pesannya jangan takut nyawa anda hilang.
Cikal bakalnya mahar politik dan PHP adalah jika partai politik tetap membuka lapak untuk menunggu bagi mereka yang mau mendaftarkan diri untuk siap maju pada pilkada 2017.
transaksi terjadi jika partai tetap membuka lapak.
Yang perlu partai lakukan adalah memasang radar-radar disetiap titik-titik untuk mencari kader yang terbaik, yang punya rekam jejak yang baik untuk mendukung dan mendorong kader tersebut untuk maju memimpin.



    email this       edit

0 Komentar:

Posting Komentar