Kamis, 04 Januari 2018

Published 00.12.00 by with 1 comment

Gunung Mbeliling

Sajak : Gunung Mbeliling
Oleh : Guntenda Halilintar


Ku berdiri meratapi gunung mbeliling
Mentari pagi perlahan merangkak dari persembunyiannya
Memcoba mengusir dinginnya embun pagi yang menyelimuti tubuh ku
Rasanya tubuh ini ingin dimanjakan dengan kehangatan mentari pagi

Oh tuhan, ku akui kebesaran mu
Tak mampu ku sembunyikan rasa ku
Lukisan alam ini begitu megah 
Mbeliling, wajah indahmu tak kunjung tua
Bagai gadis belia yang belum disentuh oleh tang an-tangan nakal
Wajah hijau mu begitu menawan

Pohon-pohon hijau menjulang tinggi 
Dedaunan berterbangan, seolah menabur bunga bagi pengantin baru

Udara yang sejuk tanpa polusi
Melambangkan hati dan budaya
Bagi penghuni-penghuni mu
Di kaki bukit mbeliling, terdapat air terjun cunca rami
Tampil sebagai model pariwisata
Tak kala turis-turis mancanegara
Menyaksikan keindahannya
Cunca rami sungguh memukau
Memikat hati para pengunjungnya

Terdengar jauh burung-burung bernyanyi 
Seakan ucapan rasa Syukur pada sang pencipta
Nyanyian itu juga seakan menghiburku pagi itu
Berterbangan diawan 
Menembus cakrawala 
Menyambut sang mentari
Kupu-kulu mulai merangkat
Mengintai kumbang di lereng mbeliling
Hewan liarpun mulai keluar dari tempat persembunyiaanya
Memenuhi kebutuhan hidupnya pagi itu

Mbeliling 
Adalah jiwa kami
Ibu kami, ibu dari segala ibu 
Jagalah alam yang indah ini
Jangan biarkan tangan jahil mencabikny

Rangat, 1 januari 2017

Read More
    email this       edit
Published 00.06.00 by with 0 comment

BERKELIARAN

Puisi : Untuk Gubernur NTT
Oleh : Guntenda Halilintar

Acara Penjemputan Gubernur NTT Frans Leburaya di Bandara Komodo dalam mengikuti agenda pengukuhan kepala SMA/SMK utk 5 Kabupaten (Manggarai Raya, Ngada dan Nagekeo) di Aula Sekda Manggarai Barat.

Seorang raja berkeliaran dijalan
budak dan pelayan bertumpah ruah kejalan
Begitu asiknya kau berjalan 
Tanpa sedikitpun ada beban
Bahkan senyum mu begitu menawan 
Bunga hiasan tersipu malu 
Sebab sang raja berkantong tebal kejalan

Kau tunjukan keramah tamahan mu dihadapan mereka
Sementara dibelakang mereka kau seperti lintah 
Tak terlihat lagi keramah tamahan mu
Tak terlihat senyum mu yang menawan
Kau membawa murkah 
Bahkan darah saudara mu sendiri kau hisap sampai wajahnya keriput

Wahai gubernur ku
Apa kabar mu?
Sudah lama aku tak menulis tentang mu
Bukan berarti aku seperti bupati ku
Bahkan hari ini kau tak disambut gonggongan kecil
Semua mendadak seperti prilaku bupati mabar
Yang bungkam disetiap persoalan 
Tidak banyak ocehan 
Toh saya sudah dapat recehan

Wahai gubernur ku
Aku tak diam seperti mereka
Bahkan kantong ku tak tebal seperti mereka
Meskipun suara ku kecil diantara suara-suara yang besar
Hari ini kau begitu bebas berkeliaran 
Bahkan tak kudengar gonggongan 

Wahai penikmat keringat 
Aku muak melihat muka mu
Dengan penuh kebencian 
Kau lemparkan senyum untuk kami
Yang kami lihat wajah mu penuh dengan kemunafikan

Mulut mu penuh dengan sumpah serapah
Dengan tipu daya dan penindasan
Di lidahnya ada kelaliman dan kejahatan
Matanya mengintik orang yang lemah
Rupa mereka seperti singa
Bernafsu untuk menerkam kaum yang lemah
Sesungguhnya mereka itu hamil dengan kejahatan 
Ia mengandung kelaliman dan melahirkan dusta

Wahai sahabat ku
Engkau bukan asap yang lenyap disapu angin
Ku rindu gonggongan mu itu
Yang hampir tak ku dengar
Ku rindu ringkik mu
Yang keras memaki onani

Jakarta (Marga III), 4 Januari 2018


Read More
    email this       edit