Kamis, 28 April 2016

Published 13.11.00 by with 0 comment

Kajian UU No. 8 Tahun 2003, Polemik Pantai Pede

Pemprov. NTT, tidak menjalan perintah atas UU terkait penyerahan aset Pemda Manggarai Barat, malah Pantai Pede di Privatisasi. 
Penulis : Guntenda Halilintar

Foto : www.kiblat.net

Kajian Yuridis, Polemik Pantai pede. (UU No. 8 Tahun 2003)
Pantai Pede Adalah salah satu Objek Wisata Kabupaten Manggarai Barat, saat ini kondisi pantai pede dalam status bermasalah terkait pengelolaan. Keputusan Gubernur Frans Leburaya menyerahkan pengelolaan Pantai Pede ke PT. SIM telah melanggar UU No 8 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Manggarai Barat.
Pasal 13 ayat (1), (2) dan (3) UU No. 8 Tahun 2003, sudah dijelaskan secara eksplisit bahwa untuk melancarkan aktivitas roda pemerintah Kab. Manggarai Barat, tentu seluru aset-aset manggarai barat dikembalikan oleh Pemprov NTT. kemudian pemahaman ayat (2), akan diberikan jangka waktu 1 tahun terhitung sejak UU No. 8 thn 2003 disahkan. Sementara sejauh ini Pemprov NTT belum Mengembalikan Aset-aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai barat.
Pasal 13 ayat 1 (b) berbunyi, “Barang milik/kekayaan daerah yang berupa tanah, bangunan, barang bergerak, dan barang tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi NTT danKabupaten Manggarai yang berada di wilayah Kabupaten Menggarai Barat.”
ayat 2, “Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus diselesaikan paling lambat dalam waktu satu tahun, terhitung sejak pengresmian kabupaten dan pelantikan penjabat bupati manggarai barat.”
ayat 3, “Dalam hal penyerahan barang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak dilaksanakan, pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dapat melakukan upaya hukum.”
Inilah persoalannya yang menurut penulis perlu kita ketahui bersama, bahwa Pemerintah NTT dalam hal ini Frans Lebu Raya, telah melanggar UU No. 8 tahun 2003.
Kita tahu bahwa Pantai Pede adalah salah satu “Ruang Publik” dan salah satu tempat kujungan wisata yang digemari oleh masyarakat manggarai barat, dimana saat-saat penat pikiran karena begitu banyak aktivitas kerja, tentu Pantai Pede merupakan pilihan terbaik untuk tujuan wisata untuk berlibur. Dengar deburan ombak, angin pantai yang sejuk serta keindahan pantai pantai pede yang mempesona membuat kita semakin tenang, pikiran yang penat seolah terobati oleh keindahan pantai pede ini.
Read More
    email this       edit
Published 12.42.00 by with 0 comment

Surat Untuk Para Penjilat Pede

Penjilat Kapitalism
Penulis : guntenda Halilintar

Foto : muslimahprogresif.blogspot.com

Wahai kau penikmat keringat. Aku, muak melihat mukamu                                                                 Dengan penuh kebencian kau lemparkan senyum untuk kami                                                       Yang kami lihat, kau penuh dengan kemunafikan                                                                         Lenggok langgokmu diatas tanah PEDE membawa luka yang amat dalam                                     Bahkan senyum mu adalah KEMUNAFIKAN
Kau, memang dilahirkan untuk menjadi seorang Penjilat KAPITALIS
Begitu kasarnya kau, terhadap mereka
Seribu tanya kusampaikan padamu
Siapa yang salah...?                                                                                                                       Siapa yang yang benar...?                                                                                                                   Siapa yang bodoh...?                                                                                                                           Siapa yang pengecut...?
Apakah kau tak melihat...?
Mereka menangis dengan air mata darah...?
Ketidak berdayaan mereka, membuatku terpanggil untuk bersuara melalui Syair, Nada dan Irama
Aku hanya ingin, kau jangan pernah menangis melihat keadaan mereka
Seorang GADIS CANTIK menangis berseduh-seduh, karena haknya di PRIVATISASI oleh Tangan-tangan Manusia Kapitalism
Aku doakan, agar jalanmu tak ada lubang penghalang
Wahai kau, kaum KAPITALISM
Apakah kau tidak pernah sadar...?
Perubahan yang kau tawarkan, hanya untuk dinikmati oleh dirimu saja
Kami hanya dapatkan AMPAS-nya
Keributan yang terjadi disana adalah Political Devide Et Empire
Itu semua sengaja kau ciptakan
Apakah kau sudah puas melihatnya...?   
Kau tidak bisa ciptakan apa-apa, kecuali ciptakan keributan diantara kami
Compang pede
Berdiri di natas labar kami sendiri
Bukan berdiri diatas natas Kedaluan Nggorang...!                                                                               Perjuangan kami bukan Semata-mata untuk mengklaim tanah ulayat Kedaluan...!                             Perjuangan kami, hanya untuk melawan Pemprov. NTT atas PRIVATISASI PANTAI PEDE
Compang pede
Berdiri sebagai simbolik persaudaraan yang kokoh
Bukan berdiri untuk saling klaim-mengklaim
Compang pede hanyalah sebuah prasasti
Compang pede hanyalah bentuk protes oleh masyarakat adat Manggarai Barat atas PRIVATISASI bukan Persoalan KEDALUAN
Mari...!!!
Kita lupakan soal pembongkaran compang pede
Kita lupakan soal saling klaim-mengklaim
Satukan pikiran, satukan tekat, katakan PERLAWANAN...!!!
Katakan tolak PRIVATISASI PANTAI PEDE...!!!
Perjuangan PEDE adalah HARGA MATI
Inilah persoalan besar kita.
Jakarta, Marga III Jaktim 21 April 2016.
Read More
    email this       edit
Published 11.15.00 by with 0 comment

Anjing Herderku, Berbaju Kapitalism...!!!

Dari Meja Kusir
Penulis : Guntenda Halilintar

www.tubasmedia.com


Halo Pak BOKAP TALIS.
Apa Kabar...?
Berharap, Pak BOKAP TALIS disana dalam keadaan sehat
Aku harap kopi hitam temani pagi mu, yang tak lekas pergi dari tatakan meja kerjamu

Sambil menikmati empuknya kursi roda, sebatang rokok, aku harap menghiasi jemari tanganmu yang besi. Dimeja kerjamu
Aku melihat, beberapa PELURU berserakan
Untuk apakah kau gunakan peluru-peluru itu...?

Diteras rumah, aku melihat ANJING HERDER, sedang menikmati Tulang sapi yang kau belikan dipasar pagi itu
Dilehernya, aku melihat kalung berlilitkan EMAS dengan Tulisan "AKU SURUHAN KAUM KAPITALIS"

Terkadang aku bertanya-tanya, apakah kau adalah seorang suruan mereka...? Lalu, apakah kau suruh Anjing Herdermu untuk menggigit Aktivis Pribumi yang bergabung dalam KOALISI PEDE...? Ataukah benar isu itu, bahwa kau ingin menangkap aktivis pribumi, ataukah Peluru-peluru berserakan dimeja itu kau gunakan untuk menembak para aktivis PEDE serta orang pribumi...?
Sungguh, tidak kubayangkan betapa ganasnya pikiranmu, betap kejamnya perlakuanmu.
Apakah kau, mau membunuh aktivis pede serta orang pribumi...? Notabene, mereka adalah Anakmu, Saudaramu dan mereka Pemilihmu...?
Tidakah, kau melihat seekor SINGA yang hidup ditengah Musuh-musuhnya, ia adalah Penguasa Belantara, namun tak ada dalam benaknya ataupun tingkah lakunya untuk memangsa Anak-anaknya, Saudara-saudaranya, bahkan sekawanan domba yang telah menubuatkan dia sebagai penguasa BELANTARA. Ia selalu berusaha melindungi keluarganya
Halo Pak Bokap Talis
Biarkan aktivis pede serta orang pribumi, menikmati alamnya, biarkan mereka, membangun rumah diatas lautan luas dengan kayu Bakau, Biarkan mereka membangun COMPANG diatas Lautan dan Daratan, sebab mereka adalah keturunan pribumi.
Lepaskan mereka, dari cengkraman TANGAN KAUM KAPITALIS, orang Pribumi seharusnya kau dengar Pak Bokap Talis.
Pak Bokap Talis
Mereka yang kau sembah adalah Kaum PENYAMUN dan PENINDAS
Sementara kau, hanyalah Seekor Anjing, sama persis dengan Anjing yang kau pelihara didepan teras rumahmu.
Selalu menunggu Tulang-tulang tanpa Daging.
Mereka adalah penikmat dagingmu, sementara kau adalah penikmat tulang dari dagingmu sendiri. 
Sudah saatnya kau kembali dalam rumahmu sendiri, aku mendengarkan Desas-desus dipasar, bahwa mereka yang kau sembah akan menengglamkan rumahmu dilautan.
Nanum, jika kau berdiri bersama Aktivis serta orang Pribumi, kau takan bisa ditendang dari kursi empukmu.
Aku pastikan, bahwa kursi empuk yang kau nikmati sekarang, akan tetap menjadi milikmu sampai pada saat masamu selesai.
Jakarta, 26 April 201
Read More
    email this       edit

Senin, 18 April 2016

Published 05.03.00 by with 0 comment

Ku ingin Keindahannya takan ditelan waktu

Penulis : Guntenda Halilintar
SAJAK : Indahnya pantai pede dikala senja
Pantai Pede Adalah Salah satu Objek Wisata Kabupaten Manggarai Barat, yang cukup digemari oleh Masyarakat, saat ini kondisi pantai pede dalam bermasalah terkait pengelolaannya, sejuta Aktivis yang tergabung dalam KOALISI PEDE, GEMAS P2, Tokoh Masyarakat, Tokoh Lintas Agama serta Tokoh Adat menolak atas pengelolaan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), "Privatisasi Pantai Pede".
Kita tahu bahwa Pantai Pede adalah salah satu “Ruang Publik” dimana saat-saat penat pikiran karena begitu banyak aktivitas kerja, tentu Pantai Pede merupakan pilihan terbaik untuk tujuan wisata untuk berlibur. Dengan deburan ombak, angin pantai yang sejuk serta keindahan pantai pantai yang mempesona membuat kita semakin tenang, pikiran yang penat seolah terobati oleh keindahan pantai pede.

foto : news.metrotvnews.com


Deburan ombak pantai pede 
Bergemuruh menyapa sisi tepian 
Terdengar jauh, angin bergemuruh
Membentuk gelombang menampar karang

Hembusan angin yang sepoi membelai raga
Dibibir pantai, aku menantikan sang pujangga
Ditengah kerinduan, sambil menikmati keindahan pantai pede
Sungguh agung karya sang pencipta

Indahnya pantai pede dikala senja
Mataharipun sedikit demi sedikit kian tenggelam
Langit seolah menjelma menjadi pancaran pelangi
Sungguh indah lukisan alam karya sang pencipta

Sembari menunggu sang pujangga hati
kunikmati karya terindah ini
Jika sang pujangga tiba
Sebelum matahari tenggelam diufuk barat
kuhadiahkan untuknya lukisan maha karya pencipta "pantai pede"

Sehamparan bibir pantai
dihiasi pasir putih
Kulihat para penghuni laut seolah merangkak
mencari nafkah untuk memenuhi kehidupan masa dikemudian hari

Tak kala kulihat 
Tangan-tangan manusia Jahat
morebek lukisan indah ini
Seolah takan pernah menghargai karya sang pencipta
Mereka mengais rejeki dari tangan orang lain
mereka merampok lukisan ini

Ku ingin Keindahannya takan ditelan waktu
kesempurnaanya takan pernah sirna
Pantaiku Yang indah
Kuanugrahkan untuk Manggarai Barat
Menjadi manfaat untuk sang pujangga hati






Read More
    email this       edit

Kamis, 14 April 2016

Published 16.57.00 by with 0 comment

Tuhan menganugrahkan Pantai Pede yang mempesona

Sajak : Pantai Pede adalah salah satu Karya Sang Pencipta yang diwariskan untuk Masyarakat Manggarai Barat sampai Turun-temurun.
Penulis : Guntenda Halilintar

Aku lahir diatas tanah yang indah

foto : pulau padar, anekatempatwisata.com

Sungguh indah kukagumi, kuasa Tuhan atas Ciptaanya
Hadian terindah untuk Manggarai Barat
Tuhan menganugrahkan Pantai Pede yang mempesona
Dengan harapan Masyarakat Manggarai Barat dapat menjaganya
Serta memanfaatkan Pantai Pede untuk masa depan

Keindahan Pantai Pede terasa sempurna
Membuat sejuta Investor berbaju Kapitalis terkesima
Sejuta kasat mata terpana asmara, dikala memandang keindahannya
Bentangan Pantai Pede hadiah Sang Pencipta

Tanah Tumpah Darahku Manggarai Barat
Membuat semua orang jatuh cinta
Disanalah aku dilahirkan

Pantai Pede bak seorang Gadis Cantik
Sejuta Laki-laki nakal ingin menikmati keindahannya
Tetapi, Kita, Mereka, dan Masyarakat Manggarai Barat tetap menjaganya
Agar keindahan Pantai Pede takan pernah sirna

Angin Bersepoi-sepoi, berdesiran di Pantai Pede
Terdengan kicauan Burung-burung dilangit
Menghiasi wajah indah si gadis
Sejuta mata manusia di Dunia terpengarah, menatap dan menikmati keindahan hadian sang pencipta

Mari menatap Bersama-sama Manggarai Barat
Sedikit demi sedikit habis dinikmati oleh mereka
Masing-masing mengklaim tanah dan Pulau-pulau
Mereka berdiri Berjajar-jajar, bak anak catur yang siap perintah Pion-pion

Mereka yang mementingkan kepentingan Individu, Golongan, Politik serta Partai
Tanpa melihat dan sedikitpun peduli terhadap kepentingan masyarakat Manggarai Barat
Lewat sajak ini aku bertanya dan berbicara melalui sepenggal syair tentang MABAR
Keindahan Manggarai Barat dinikmati para penghianat
Mereka berkelana dari kejauahan, datang Berbondong-bondong untuk mencuri keindahan Karya Sang Pencipta.   

Read More
    email this       edit

Rabu, 13 April 2016

Published 12.02.00 by with 0 comment

MEMBANGUN PERSATUAN EKOLOGIS MENGAKAR PADA BUDAYA LOKAL

Memaknai Filosofi Persatuan Orang Manggarai
Penulis : Felik Hatam 
Alam (hutan) disebut juga gumbang alam atau bak alam. Dari alam, air terus menetes dan disalir dalam Nadi-nadinya, keberadaan nadi dan tulang alam, menyanggupkan alam mendonorkan darahnya (air) kepada anggota keluargannya sampai pada  musim berikutunya.  

 foto : tulisancalonpetani.blogspot.co.id 

Alam, manusia dan budaya adalah tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan, tetapi mudah dibedakan. Alam atau lingkungan merasang daya cipta, rasa dan karsa manusia, semua itu menjadi sebuah kebiasaan yang menanamkan nilai-nilai holistik, itulah yang disebut budaya (culture). Manusia sebagai pencipta budaya; budaya mempresentasikan ciri khas seseorang seturut tempat asalnya;. Sama halnya budaya Manggarai.  Budaya Manggarai adalah cipta, rasa dan kereatif yang sekaligus karakteristik orang Manggarai,
Alam, go’et dan seluruh kekayaannya adalah roh kebudayaan orang Manggarai. Go’et (ungkapan) adalah nafas kebudayaan orang Manggarai. Seluruh go’et orang Manggarai mengungkapkan Nilai-nilai religus dan persatuan, harapan/Cita-cita luhur, pesan moral, ajakan dan seruan. Semuanya dirumuskan dalam dua bentuk, yakni bentuk positif dan negatif. Bentuk positif seperti muku ca pu’u neka woleng curup, teu ca ambo neka woleng lako (pisang serumpun jangan berbeda pendapat atau pembicaraan dan jangan berbeda jalan-tebu serumpun jangan cerai berai), dan bentuk negatif contohnya  neka poka puar neka tapa satar (jangan menebang hutan, jangan membakar alang-alang). Masih banyak contoh lainya tentunya.

Goet, muku ca pu’u neka woleng curup, teu ca ambo neka woleng lako adalah pokok utama dalam tulisan ini. Dorteus Hemo (1990)  telah menafirkan arti dan makna ungkapan tersebut. Hal pasti bahwa, ungkapan itu adalah tanda solid dan tentramnya kehidupan orang Manggarai dan menjadikan itu semua sebagai usaha dan kerinduan bersama, nama flora dalam semua ungkapan sebagai tanda eratnya relasi orang manggarai dengan alam. Bagi orang manggarai, alam adalah bagian dari budaya. Tentunya,  hidup solid dan rukun serta kelestarian alam adalah harga mahal yang harus dipertahankan dan diperjuangkan oleh setiap orang, termasuk orang Manggarai, Flores serta Indonesia pada umumnya. Kenyataannya sekarang justru diluar harapan, banyak sebab terjadinya dekadensi Nilai-nilai persatuan itu yang serentak menghancurkan dua persekutuan sekaligus, yakni Komunio Sosial dan Komunio Ekologis, masalah tambang dan jenis pengerukan hasil bumi lainya adalah hal sentral yang menantang persekutuan soisal dan ekologis orang Manggarai khususnya Flores, Indonesia pada umumnya. Tambang menciptakan Konflik sosial diantara Masyarakat-Masyarakat Adat, yang mengakibatkan permusuhan dan perpecahan dari masalah yang sama, terciptanya konflik ekologis. Tidak hanya itu, persoalan tambang yang terjadi saat ini adalah konflik ekologis yang akan dirasakan oleh generasi selanjutnya, dari semua persoalan yang mengacam dua komunio sekaligus, saatnya kita kembali melihat dan mengugahkan Nilai-nilai dan Kekayaan Filosi Budaya itu sendiri.

Bebas dari konflik sosial dan ekologis adalah harapan setiap generasi, setiap orang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menciptakan yang terbaik buat orang lain dan generasi selanjutnya, prinsip dan Roh ungkapan atau Goet, muku ca pu’u, teu ca ambo adalah salah satu roh kebudayaan orang manggarai yang mengandung dua makna sekaligus yakni, sosial dan ekologis. Karena itu, agar ungkapan itu menjadi sebuah solusi maka saatnya Nilai-nilai ungkapan itu digugahkan dan dipresentasikan kembali ke publik. Demi tercapainya harapan itu, beberapa hal yang perlu disampaikan,

Pertama, Pisang tumbuh serumpun, mengakui yang lain, Banyak persoalon yang mengancam kehidupan bersama, saatnya kita kembali melihat, menariknya pohon pisang yang tumbuh secara bebas dalam serumpun. Berangkat dari itu, kehidupan sosial yang dibentuk dari setiap kepala Masing-masing Sub Suku harus mengakui yang lain sebagai saudara, mengakui keberadaan atau kehadiran (eksistensi) orang lain, sebagai pribadi yang memiliki kemampuan dan kelemahannya setiap orang dalam kebersamaan mempunyai hak dan kewajiban Masing-masing, namun hak setiap pribadi dibatasi oleh pribadi lain (pu’u/pohon). Jadi, pentinglah bagi setiap insan yang cerdas menyusaikan dirinya dengan lingkungan dan keadaan serta kebutuhan setiap orangnya, bukan hanya memperhatikan kebutuhan sekarang, tetapi juga kebutuhan masa mendatang.

Kedua, mengakui alam sebagai salah satu pohon pisang. Analogi alam sebagai salah satu pohon pisang adalah langkah awal untuk mengakui alam sebagai anggota persekutuan, alam dan manusia mempunyai andil yang sama untuk kehidupan yang sama, menyadari kesatuan alam dan manusia, Harold Turner memperkenalkan jaring laba-laba sebagai falsafah hidup yang bercorak kosmis (Prior. J, 1993:77). Bereferensi dari gagasan itu, penulis menyederhanakannya dalam dua falsafah, yakni wake haju (akar kayu) sebagai baut, urat alam dan nadi alam dan wae sebagai darah alam. Wake haju, Manusia dan alam adalah satu sistem  yang tidak dapat dilepas atau dipisahkan. Wake haju (akar kayu) mempunyai banyak manfaat terhadap ketahanan tanah atau alam, seperti menguatkan tanah dari erosi atau longsor, menjaga tanah dari derasnya hujan dan memfiltraslisasi air hujan menjadi air alam, kemudian Wake haju juga berperan sebagai nadi dan sendi alam yang menampung, menyimpan dan memfiltralisasikan air hujun yang mengalir ke perut bumi, yang selanjutnya difungsikan oleh seluruh makhluk hidup. Jadi, waké haju, dapat dikatakan dasar dalam membangun koinonia ekologis. 
Waké haju dalam kapasitasnya sebagai baut alam, berperan untuk menguatkan alam dari erosi dan longsor akibat hujan, sebagai urat alamwaké haju tentu berperan untuk mengikat serta menyatukan antar unsur satu sama lain yang terdapat dalam tanah (alam). Ketiga falsafah tersebut terbentuk dalam satu sistem yang saling berkaitan, jika salah satunya mengalami kerusakan, maka akibatnya dirasakan oleh semua makhluk.
Wae (air) adalah kebutuhan vital seluruh makhluk hidup. Waé dibutuhkan oleh seluruh orgnisme untuk berbagai keperluan, tentunya demi mempertahankan hidup, kebutuhan akan air tercapai, jika baut alam, urat atau nadi alam dan tulang alam berfungsi secara maksimal untuk menyalurkan air, maka  ketiga komponen tersebut sangat menentukan persedian air dalam alam. Alam (hutan) disebut juga gumbang alam atau bak alam. Dari alam, air terus menetes dan disalir dalam Nadi-nadinya, keberadaan nadi dan tulang alam, menyanggupkan alam mendonorkan darahnya (air) kepada anggota keluargannya sampai pada  musim berikutunya. Singkatnya, wae adalah kebutuhan dasar bagi seluruh makhluk hidup yang berada dalam satu rumpun, berdasarkan hal tersebut wae dapat dikatakan sebagai darah alam, darah yang memberikan kehidupan untuk  seluruh organisme termasuk kehidupan manusia. Seluruh falsafah itu dianalogikan dalam diri manusia. Manusia mempunyai organ tubuh yang terbentuk dalam satu system, ketika salah satunya tidak berfungsi, maka manusia tidak dapat menjalankan aktivitas secara normal, Begitupun halnya urat alam sebagai penguat, bila urat atu nadi manusia tidak dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh, maka Organ-organ tubuh tidak berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Akibat yang sama pula dialami oleh alam dan  seluruh ciptaan, hal yang dirasakan oleh manusia dirasakan juga oleh alam, sebab alam dan manusia adalah satu sistem yang  tidak terpisahkan. Namum sebaliknya, alam dan manusia berada dalam satu rumpun yang saling mendukung dan saling mempengaruhi, Relasi intim tersebut dapat diaktualisasikan dalam tindakan reboisasi, menolak tambang, dilarang menebang hutan, menertibkan sampah-sampah, menindak tegas para aktor ilegal loging serta memberdayakan masyarakat adat, orang muda dan pihak lainya untuk aktif menjaga relasi harmonis atar sesama dan alam.Sebab mahalnya sikap itu, harus menjadi satu kebutuhan yang merangsang setiap pribadi berusaha untuk mencapainya. 

Ketiga, mengakui tiga generasi sebagai satu rumpun, membangun persekutuan ekologis adalah cara bijak menghargai warisan leluhur (generasi pertama). Seluruh kekayaan itu dinikmanti secara bebas oleh generasi sekarang (generasi kedua) dipertahankan agar seluruh kekayaan itu dinikmati pula oleh generasi selanjutnya (generasi ketiga). mestinya, keselamatan dan kepenuhan kebutuhan generasi akan datang harus dijadikan batas, yakni membatasi ruang gerak dan kebutuhan gererasi hari ini, dari sanalah, menggagas kommunio ekologis sebagai tindakan penyelamatan untuk tiga generasi. Alam, dalam ketakberdayaannya merindukan kebijaksanaan manusia. Keiklasan manusia untuk menekan prinsip kosumerisme dan egoisme adalah aplikasi dari prinsip persaudaran yang tersimpul dalam kommunio ekologis, Tindakan memanfaatkan alam secara semena-mena merupakan bara api bagi mereka yang belum lahir, mengakui derajat manusia yang tinggi dari seluruh ciptaan lainnya di bumi, diwujudkan dengan sikap bijak dalam memanfaatkan hasil alam, menerapkan pembangunan berbasis ekologis serta menumbuhkan nilai-nilai budaya dalam setiap generasi.

Read More
    email this       edit